KEDIRI, REPUBLIKINDONESIA.NET – Sri Utami, warga berusia 45 tahun dari Desa Jabang, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terus membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang dalam mengabdikan diri. Dengan semangat dan tekad yang kuat, Sri kini resmi menjadi panitia pengawas kecamatan (panwascam) untuk Pilkada 2024 di Kabupaten Kediri.
Keputusan Sri untuk mengikuti seleksi panwas kecamatan bukan tanpa rintangan. Latar belakang pendidikan yang sederhana dan kondisi disabilitas (tuna daksa) sempat membuatnya ragu. Namun, keinginannya untuk terlibat langsung dalam mengawal proses demokrasi membawanya ke jalur ini. Dukungan keluarga serta dorongan teman-teman sesama disabilitas semakin menguatkan langkahnya.
Pengalaman Sri di bidang ini dimulai pada Pilkada Kabupaten Kediri 2020, saat ia mendaftar menjadi panwas kecamatan namun gagal. Meski demikian, nasib berpihak padanya ketika ia diterima sebagai staf. Keberhasilannya kali ini membuat Sri resmi menjadi panwas di Kecamatan Kras bersama dua koleganya.
Tugas sebagai panwascam bukanlah perkara mudah, terutama bagi Sri yang menyandang disabilitas. Namun, ia menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai hambatan. Tantangan di lapangan kerap datang, seperti gesekan dengan tim sukses calon yang kadang bersikap kurang terbuka terhadap jadwal kampanye. Bahkan, Sri pernah mengalami situasi di mana ia dicurigai saat melakukan pengawasan.
"Kadang kami dicurigai, padahal kami mengenakan atribut. Jadi, ada yang suka dan ada yang tidak suka," kisahnya.
Meski begitu, ada pula tim sukses yang bersikap ramah dan mendukung kerja panwas. Dengan sepeda motor yang telah dimodifikasi, Sri mampu menjangkau berbagai lokasi untuk menjalankan tugasnya.
Dukungan dari keluarga sangat berarti bagi Sri dalam menjalankan perannya. Ibunya dan anak semata wayangnya yang kini duduk di bangku SMP selalu memberi semangat. Bagi Sri, keluarga adalah sumber motivasi utama, terlebih saat mengikuti proses seleksi panwas.
"Di keluarga, ibu saya tidak pernah menghalangi apapun. Sejauh itu baik, didukung. Ibu mendoakan agar lancar, sukses, kerjaan lancar," ungkap Sri.
Sebagai ibu rumah tangga, Sri tetap berkomitmen pada kewajiban keluarga. Ia menyiasati waktu dengan bangun lebih pagi untuk mengurus rumah sebelum menjalankan tugas di lapangan.
Kerja sebagai panwas menuntut waktu dan tenaga yang besar, terlebih menjelang hari pemungutan suara pada 27 November 2024. Saat kampanye semakin intens, Sri dan timnya harus siap bertugas kapan pun, bahkan di malam hari atau saat cuaca buruk.
"Kalau waktu, tidak ada libur, kadang minggu sampai malam. Namanya tugas, tetap dilaksanakan," ujarnya penuh semangat.
Beruntung, tim kerja Sri kompak dan saling membantu, terutama di kondisi yang sulit. Misalnya, saat pemantauan di lokasi terpencil seperti sawah, rekan-rekan kerjanya memberikan dukungan penuh.
Ketua Perkumpulan Disabilitas Kabupaten Kediri, Umi Salamah, mengapresiasi keberhasilan Sri. Menurutnya, keberadaan Sri di panwascam menunjukkan bahwa disabilitas bukan penghalang untuk berperan aktif di ruang publik.
"Mbak Sri itu tulang punggung keluarga, tangguh dan mau belajar. Kami juga dukung. Dia juga tidak kenal lelah, luar biasa dari mental, kemauan, mimpinya, banyak sekali," kata Umi.
Senada dengan itu, Ketua Bawaslu Kabupaten Kediri, Saifudin Zuhri, menegaskan bahwa pihaknya memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta seleksi, tanpa membedakan kondisi fisik. Yang terpenting adalah kecakapan dalam menjalankan tugas.
"Kami beri kesempatan yang sama, yang diprioritaskan adalah kecakapan," ucap Saifudin.
Keberhasilan Sri dan rekan-rekannya diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak penyandang disabilitas agar terlibat dalam berbagai kegiatan publik dan demokrasi. Pilkada 2024 ini diikuti oleh dua pasangan calon dan diperkirakan akan melibatkan lebih dari satu juta pemilih di Kabupaten Kediri.