BERITA UPDATE
ADVERTISEMENT

Penanganan Radang Usus Buntu pada Anak: Antibiotik Sebagai Alternatif yang Lebih Hemat dan Efektif

Penanganan Radang Usus Buntu pada Anak: Antibiotik Sebagai Alternatif yang Lebih Hemat dan Efektif
Ilustrasi sakit perut yang diakibatkan usus buntu.

REPUBLIKINDONESIA.NET - Bagi para orangtua dan tenaga medis yang dihadapkan pada pilihan pengobatan radang usus buntu pada anak, sebuah penelitian baru memberikan perspektif penting mengenai pilihan antara pengobatan antibiotik dan operasi.

Penelitian ini menyarankan penggunaan antibiotik sebagai alternatif yang lebih aman dan lebih hemat biaya dibandingkan dengan prosedur pembedahan, khususnya apendektomi laparoskopi, untuk radang usus buntu tanpa komplikasi pada anak-anak.

Radang usus buntu adalah kondisi di mana usus buntu mengalami peradangan dan infeksi, yang mengakibatkan gejala seperti nyeri perut, mual, dan muntah. Biasanya, penanganan kondisi ini dilakukan dengan operasi apendektomi, sebuah prosedur pembedahan yang umum dilakukan, namun juga dikenal sebagai prosedur yang mahal selama masa perawatan di rumah sakit.

Menurut Dr. Peter C. Minneci, salah satu rekan penulis penelitian, pengobatan non-operatif dengan antibiotik terbukti tidak hanya aman dan efektif, tetapi juga lebih hemat biaya.

"Kami tahu bahwa penanganan radang usus buntu non-operatif aman dan efektif, jadi yang ingin diketahui oleh dokter bedah adalah apakah penanganan non-operatif hemat biaya. Studi kami membantu menjawab pertanyaan itu. Analisis biaya ini menunjukkan bahwa penanganan non-operatif untuk radang usus buntu akut pediatrik tanpa komplikasi adalah strategi penanganan yang paling hemat biaya selama satu tahun, dibandingkan dengan operasi di awal," ungkap Dr. Minneci.

Penelitian ini melibatkan 1.068 pasien yang dirawat di rumah sakit di wilayah Midwest, Amerika Serikat, antara 2015 hingga 2018, yang menderita radang usus buntu akut tanpa komplikasi. Dari jumlah tersebut, 370 pasien memilih untuk menjalani pengobatan antibiotik saja, sementara 698 pasien lainnya memilih menjalani apendektomi laparoskopi yang mendesak. Pemberian antibiotik dilakukan minimal selama 24 jam secara intravena.

Dalam analisis biaya kedua pilihan perawatan, peneliti mencatat perbedaan biaya yang signifikan. Biaya rata-rata untuk apendektomi laparoskopi mencapai 9.791 dolar Amerika, sementara pengobatan antibiotik hanya memerlukan biaya 8.044 dolar Amerika.

Meskipun ada perbedaan biaya, hasil yang diperoleh dalam hal kualitas hidup hampir sama, dengan skor tahun-tahun kehidupan yang disesuaikan dengan kualitas yang sedikit lebih tinggi untuk perawatan antibiotik (0,895) dibandingkan dengan pembedahan (0,884).

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun apendektomi laparoskopi lebih mahal, prosedur tersebut tidak memberikan peningkatan hasil kesehatan yang signifikan jika dibandingkan dengan pengobatan antibiotik.

"Penanganan non-operatif lebih murah dan lebih efektif dalam tiga analisis, termasuk analisis menggunakan hari-hari disabilitas dan metode alternatif untuk menghitung kualitas hidup dan biaya selama satu tahun," ujar para peneliti.

Dr. Minneci menambahkan bahwa temuan ini memberikan bukti tambahan bahwa pengobatan dengan antibiotik sebagai terapi pertama untuk radang usus buntu pada anak-anak adalah pilihan yang aman, efektif, dan hemat biaya.

"Singkatnya, penanganan non-operatif adalah terapi awal yang aman dan hemat biaya serta alternatif yang wajar untuk pembedahan," katanya.

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan para orang tua dan tenaga medis dapat mempertimbangkan antibiotik sebagai opsi pengobatan yang lebih terjangkau dan efektif dalam menangani radang usus buntu tanpa komplikasi pada anak-anak.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT